Kamis, 01 Desember 2016

Pemuda : Terbatas Bayang-Bayang Masa lalu Dan Terbelenggu Sistem Kapital Ala Demokrasi


Nama_:M. Dimas Aji Kharisma
NIM  _(155120101111065

Pada zaman orde baru,  diawali dengan datangnya seorang “Bapak Baru” yaitu soeharto, dan anak muda masa itu diibaratkan sebagai “Anak”. Sebagai mana relasi seorang bapak dengan anak pasti dominasi lebih dipegang oleh seorang bapak. Dari situlah kemudian muncul otoritas seorang bapak yang mengahruskan seorang anak untuk menaatinya. Anak muda pada masa orde lama dengan orde baru mulai terlihat begitu jauh perbedaanya, dimana pada masa orde lama pemuda indoensia berwatak keras karna sedari kecil disuguhi berbagai macam permasalahan spt halnya perjuangan melawan kolonialisme dan juga pergolakan poltik pada masanya, dan pada awal orde baru pemuda kita seperti terlena lantaran kondisi ekonomi Indonesia yang cemerlang pada masa itu dan juga segala urusan politik sudah diatur oleh bapaknya.

Yang cukup mengejutkan adalah otoritas seorang bapak kepada anaknya ini telah mengatur sampai segi fashion anaknya, dimana saat itu soeharto melarang anak laki-laki untuk gondrong, dan pada saat itu masyarakat ditanami sebuah stigma buruk terhadap anak muda berambut gondrong. Dan mirisnya hal ini sampai sekarang pun didaerah perdesaan masih dianut oleh sebagian orang tua. Lalu yang saya tanyakan. Dimana bentuk kemerdekaan anak muda jaman sekarang jika berambut gondrong saja sudah memiliki predikat negative?

Selanjutnaya, pemuda dewasa ini cenderung apatis dengan kondisi yang ada, semangat membrontak demi kesejahteraan negara sudah menjadi wacana yang kalah ngetren dengan budaya-budaya happies barat. Kapitalisme yang sumbuh subur di indonesia telah menggerogoti jiwa kepemudaan indonesia, menjadikan terlena dan merasa nyaman, “asalkan bisa ngopi dan nongkrong diMCD (misal) hidup saya sudah nikmat,” begitu sekiranya saya membayangkanya.

Menjadi seorang “Pemuda Indoneisia” tantanganya masakini  bukan lagi kolonialisme seperti jaman pra-kemerdekaan indonesia tetapi pemuda di hadapkan pada globalisasi dan kapitalisme yang sejatinya lebih menyeramkan, yang secara perlahan digerogoti kesadaranya dengan dicekoki kenyamanan-kenyamanan yang itu bersifat membelenggu. Ibatrat seorang perokok, perokok itu akan merasa dirinya nyaman jika sedang menghisap rokok, jika tidak ada rokok mereka akan bingung karna mereka sudah tergantung pada rokok, meskipun mereka tau bahwa merokok itu membahayakan kesehatanya, tapi untuk menumbuhkan kemauan berhenti merokok itu tidaklah mudah, butuh perjuangan ekstra untuk melakukanya. Demikian juga dengan belenggu globalisasi dan kapitalisme yang membuat pemuda terlena dan lupa akan identitasnya sebagai pemuda bangsa.

Pemuda jaman sekarang pemuda sudah jauh masuk dalam dunia kapitalisme hingga sulit untuk meninggalkanya, hampir seluruh aspek kehidupan seseorang pastilah melibatkan sistem ini. Di desa, pemuda yang baru saja lulus dari tingkat SMA cenderung lebih memilih untuk mengejar ekonomi daripada melanjutkan pendidikan, entah dengan alasan kondisi ekonomi sehingga terdorong mencari pekerjaan untuk memenuhi kondisi ekonominya atau mencari pekerjaan hanya untuk menutupi gengsinya agar dapat membeli barang-barang mewah (seabagai contoh pakaian merk) yang jelas kedua alasan itu muncul karna dominasi dunia oleh kapitalis memang telah menyerang degala aspek kehidupan.

Dilingkunagan kampuspun juga tidak jauh berbeda, orientasi pemuda yang menjadi seorang  “Mahasiswa” sebenarnya juga sebatas ekonomi masa depanya saja, jurusan-jurusan yang diambilmayoritas calon  mahasiswa adalah jurusan yang menjanjikan pekerjaan  mapan. Mahasiswa dengan tidak lansung di cetak untuk menjadi borjuasi kapitalis dimasa depan, ini merupakan bukti bahwa pemuda jaman sekarang sudah begitu jauh  terbelenggu dalam kapitalisme. Akibat yang ditimbulkan adalah  mereka cenderung apatis dengan  kondisi sekitar, pemuda memang tidak dapat disalahkan dengan kondisi yang seperti ini, karna memang kondisinya sekarang kapitalisme telah menjalar keseluruh aspek tidak seperti dulu. Bahkan saya ragu apabila aktivis-aktivis pemuda dulu hidup dijaman sekaran apakah mereka tetap dengan semangat pemuda yang memberontak demi kesejarteraan seperti dalam  sejarah atau merekapun bakal terlena dengan kenyamanan kapitalisme yang menjadikan pemuda apatis seperti sekarang ini. Saya rasa jawabanya adalah yang kedua. Hehe

Jika kondisi sekarang sudah  sedemikian rupa, kapitalisme sekarang tidak dapat terelakan bahkan telah menyerang segala lini termasuk dalam dunia pendidikan.Yang perlu kita lakukan adalah membangun kesadaran diri Pemuda, pemuda indonesia harus mengetahui jatidirinya sebagai pemuda bangsa yang akan mengatur negaranya dimasa mendatang, mau di arahkan kemana negara kita nantinya, apakah akan tetap mengikuti pola kapitalisme barat sekarang ini yang sering merugikan negara atau merubah wajah indonesia yang seperti dulu sebagai negara yang patut disegani negara lain karna “gemah  ripah loh jinawi “ yang dalam bahasa indonesianya “Negara yang tentram dan makmur serta subur tanahnya” serta dipertimbangkan dan di hormati karna pemudanya yang kritis dan masyarakatnya yang sopan lemah lembut.

Sumber : Pemikiran sendiri ( M. Dimas Aji Kharisma_Sosiology_Universitas Brawijaya )

0 komentar

Posting Komentar